Kebudayaan Saat Kita Lahir (yang diwariskan). Kebudayaan yang Dibawa dari Orangtua
Assalamualaikum,
Terimakasih udah mau mengunjungi dan meluangkan waktu utk membaca blog ini. Appreciate it :). Really appreciate it =)
Sekarang, kita akan membahas tentang kebudayaan. Kebudayaan saat saya lahir (abad 20). Atau bisa dari perspektif lain, kebudayaan yang diwariskan dari orangtua. Hmm, apa yg akan kita bahas? Scientifically? Or as humanly as possible? (Bahasaa apaa iniih..) Gampangnya, membahas budaya dengan cerita, anekdot dan ringan-lepas akan menenangkan ketimbang secara sains (research based; sebenernya juga karena agak lemes baca literatur dan sorting-edit-loop yang melelahkan hehe) Jadi, cara saya nyampein tentang budaya yang diwariskan bukan 'lecture style' kayak di kelas, tapi lebih ke apa pandangan saya terhadap kebudayaan yang ada pas saya lahir, terus apa next-step nya setelah kita pake tuh budaya. Baik, let's begin :D
Saya akan mulai dengan cerita. Pertama pas UN SMP, ada tuh masa dimana kita sebelum UN diterangin ama guru buat pergi kemana gitu, pokoknya jauh dan buat ngedeketin hubungan kita sekelas, terus nangis2an minta maaf (haha) katanya supaya lancar UN nya ga ada yang gagal. (Itu satu). Kedua, pas saya lagi jalan-jalan ke Sibolangit ama keluarga + nenek. Di perjalanan, mobil yang kita pake menepi karena bannya bocor. Yaudah kita istirahat. Pas istirahat, makan dong, laper. Pas makan -tepatnya makan pisang- pisang saya tuh jatuh. Deg. "Nenek=Minta itu dia". "Siapa" kata ane. "Ituh, yang tinggal disini". "hah?" (antara goblok sama penasaran.) 'Kok bisa ya nenek awa bilang ada "orang" di sini?' Sini itu maksudnya tempat kami berhenti sementara. Dan, yes emang itu tempat rada angker tapi kan nonsense bahwa ada 'orang' yang tinggal dan minta makan dengan cara ngejatuhin makanan kita. Deg (itu kedua. Sampe sini udah dapet lah ya pola, arah kemana saya mau jelasin budaya/kebudayaan versi saya? Sip!) Itu dia ceritanyaaa.. Jadi pandangan saya bahwa budaya itu adalah keseharian, nilai2 yang generasi orangtua (atau yang lebih tua) kita wariskan yang ngebentuk mereka (mulai dari cara berpikir, bertindak dan menciptakan solusi). Ujung dari budaya ini adalah kita jadi punya sikap, sifat, nilai2 dan cara bertindak yang mirip sama mereka yang ujungnya juga menjadi apa karya yang kita hasilkan. (Dapet? Mantaaap!)
Ngomongin budaya, itu juga bukan cuma 'kesenian' ya but much more than that. Much deeper. Saya 'kutip' dari salah satu blog "Budaya berasal dari kata Culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin "colere" yang berarti mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau petani. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat. Dalam konteks ini, hasil rasa masyarakat mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai
kemasyarakatan yang sangat perlu untuk mengadakan tata tertip dalam pergaulan kemasyarakatan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi dari kekuatan-kekuatan yang buruk yang tersembunyi dalam masyarakat. Dengan demikian, hakikatnya penciptaan norma-norma dan kaidah-kaidah adalah merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup." Nah!, jadi nyambung nih sama apa yang bakal kita bahas. Bahwa budaya/kebudayaan yang saya dapet dari orangtua (diwariskan kepada saya dan generasi saya) adalah SEMUA cipta: karya (teknologi atau bukan), nilai, norma dll yang kemudian membentuk saya (dan generasi). Kita lanjut.
Sebagaimana di awal disini kita bahas apa next-step setelah kita pake budaya. Karena useless (klo kata saya) bahas budaya apa yang kita warisin dari orang tua aja, ga ada yang lain. Kayak makan mie, polos gitu doang, yang dari pabrik. Ga pake telor. Ga seru! Budaya itu disebut, 'budaya' karena ada patterns, pola yg melekat kuat sampe secara otomatis masyarkat tersebut melaksanakannya. Dan itu berlangsung bertahun-tahun. Gak instan. Dan perlu kesabaran. (Berarti kalo mau mendunia budayanya, mesti sabar. mesti kuat, yang tabah. Jangan ngenglo klo kata saya, memble dan ngelongo) Tapi, yang mendasar, yang belum kita bahas sama sekali adalah, what's so important that to make our culture, used by worldwide citizens? Why? Why that matters? Kenapa banget sih kita harus pake budaya kita, terus ngajak orang banyak pake budaya kita? Pertama, itu bukti kalau kita BANGGA sama budaya kita. Kedua, it's business :D Why not make money from what's best from us THAT can be an INCREDIBLE EXPERIENCE for another people? (kan bisa digabungin ama traveling) Ketiga, and the most important part adalah transfer nilai. INI yang mahal. Kan keren, kalo (warga) negara lain pake 'budaya' kita. Gotong royong bersihin selokan, tatakrama menuakan yg tua/pemuka agama (yg udah jarang juga sih keliatan di negara kita), arisan!, daaaaaan masih banyak yang lain (ngeleees.... hehe, ada sih nongkrong, tapi ini negatif jadi ga masuk pembahasan) Nah dengan demikian kita paham tuh kenapa mesti BANGGA dengan budaya kita sekaligus nyebarin itu budaya ke orang lain.
Kita bisa lihat dari Korea. Mereka invest GEDE-GEDEan untuk belajar dan menemukan 'formula' agar budaya mereka menjadi trend (yang terbukti sekarang. Mulai dari film, variety shows, kpop (mostly), k-hiphop/R&B (rookie newcomer) dan webtoon). Pun Jepang, yang consistently release another new anime by its producers. Mereka menargetkan anak muda, industri entertaintment karena sifatnya yang berdasarkan riset (loh, kok pake hasil riset?) disebut Gamify atau Gamification. Kayak pengaruh sosmed, yang nagihin dan menuntut update terus (always-on culture). Gamify ini yang menyebabkan kalau suatu budaya baru lahir (producer rilis project terbaru) dia akan melekat, dan menjadi identitas para penikmatnya. Gamify ini based-on research, banget. Biasa disebut dalam industri startup/techcompany sebagai habit-producing products, dimana mereka mengharapkan dengan produknya itu para user terus pake (produknya makin pintar karena pemakaian) dan terbentuklah budaya baru. Jadiii, kalau melihat fakta ini, bila kita sebagai orang Indonesia ingin budaya Indonesia go global, paling tidak harus concern terhadap fakta ini. Kita 'mesti' masuk ke industri entertaintment dan kemas dengan angle baru (perspektif) atau buat produk(budaya) yang NGANGENIN.
Pas nyampe sini, "Lah, ini blog apaan? Kagak nyambung dari paragraf satu ke akhir. Awalnya ngomongin budaya dari orangtua eh nyampe ke Korea terus ke Entertaintment Industry. Gendeng!"
Hehe, intinya gini. Budaya -> Nilai -> Cara berpikir, bertindak, sikap -> Karya. Nah, karya itu paling pas kalo kita bahas contoh konkrit kayak dari Korea, Jepang dkk.
Pun, ngebentuk paragraf pertama jadi 'produk' saya juga ga mampu (hihihi). Memang sih, kalo mau effort lebih, ini artikel di rewrite dan rewrite, rewrite lagi, cakep! Tapi ya gituuuuuu... (hihihi)
Naah, itu dia. Kebudayaan yang diwarisin dari orangtua PLUS nge-globalin tuh budaya ke semua orang agar bersama merasakan manfaatnya. Amin! :)
Allright, That's my view. Feel free to bash, or even blackout (with manners please;)
Terimakasih udah mau mengunjungi dan meluangkan waktu utk membaca blog ini. Appreciate it :). Really appreciate it =)
Sekarang, kita akan membahas tentang kebudayaan. Kebudayaan saat saya lahir (abad 20). Atau bisa dari perspektif lain, kebudayaan yang diwariskan dari orangtua. Hmm, apa yg akan kita bahas? Scientifically? Or as humanly as possible? (Bahasaa apaa iniih..) Gampangnya, membahas budaya dengan cerita, anekdot dan ringan-lepas akan menenangkan ketimbang secara sains (research based; sebenernya juga karena agak lemes baca literatur dan sorting-edit-loop yang melelahkan hehe) Jadi, cara saya nyampein tentang budaya yang diwariskan bukan 'lecture style' kayak di kelas, tapi lebih ke apa pandangan saya terhadap kebudayaan yang ada pas saya lahir, terus apa next-step nya setelah kita pake tuh budaya. Baik, let's begin :D
Saya akan mulai dengan cerita. Pertama pas UN SMP, ada tuh masa dimana kita sebelum UN diterangin ama guru buat pergi kemana gitu, pokoknya jauh dan buat ngedeketin hubungan kita sekelas, terus nangis2an minta maaf (haha) katanya supaya lancar UN nya ga ada yang gagal. (Itu satu). Kedua, pas saya lagi jalan-jalan ke Sibolangit ama keluarga + nenek. Di perjalanan, mobil yang kita pake menepi karena bannya bocor. Yaudah kita istirahat. Pas istirahat, makan dong, laper. Pas makan -tepatnya makan pisang- pisang saya tuh jatuh. Deg. "Nenek=Minta itu dia". "Siapa" kata ane. "Ituh, yang tinggal disini". "hah?" (antara goblok sama penasaran.) 'Kok bisa ya nenek awa bilang ada "orang" di sini?' Sini itu maksudnya tempat kami berhenti sementara. Dan, yes emang itu tempat rada angker tapi kan nonsense bahwa ada 'orang' yang tinggal dan minta makan dengan cara ngejatuhin makanan kita. Deg (itu kedua. Sampe sini udah dapet lah ya pola, arah kemana saya mau jelasin budaya/kebudayaan versi saya? Sip!) Itu dia ceritanyaaa.. Jadi pandangan saya bahwa budaya itu adalah keseharian, nilai2 yang generasi orangtua (atau yang lebih tua) kita wariskan yang ngebentuk mereka (mulai dari cara berpikir, bertindak dan menciptakan solusi). Ujung dari budaya ini adalah kita jadi punya sikap, sifat, nilai2 dan cara bertindak yang mirip sama mereka yang ujungnya juga menjadi apa karya yang kita hasilkan. (Dapet? Mantaaap!)
Ngomongin budaya, itu juga bukan cuma 'kesenian' ya but much more than that. Much deeper. Saya 'kutip' dari salah satu blog "Budaya berasal dari kata Culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin "colere" yang berarti mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau petani. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat. Dalam konteks ini, hasil rasa masyarakat mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai
kemasyarakatan yang sangat perlu untuk mengadakan tata tertip dalam pergaulan kemasyarakatan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi dari kekuatan-kekuatan yang buruk yang tersembunyi dalam masyarakat. Dengan demikian, hakikatnya penciptaan norma-norma dan kaidah-kaidah adalah merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup." Nah!, jadi nyambung nih sama apa yang bakal kita bahas. Bahwa budaya/kebudayaan yang saya dapet dari orangtua (diwariskan kepada saya dan generasi saya) adalah SEMUA cipta: karya (teknologi atau bukan), nilai, norma dll yang kemudian membentuk saya (dan generasi). Kita lanjut.
Sebagaimana di awal disini kita bahas apa next-step setelah kita pake budaya. Karena useless (klo kata saya) bahas budaya apa yang kita warisin dari orang tua aja, ga ada yang lain. Kayak makan mie, polos gitu doang, yang dari pabrik. Ga pake telor. Ga seru! Budaya itu disebut, 'budaya' karena ada patterns, pola yg melekat kuat sampe secara otomatis masyarkat tersebut melaksanakannya. Dan itu berlangsung bertahun-tahun. Gak instan. Dan perlu kesabaran. (Berarti kalo mau mendunia budayanya, mesti sabar. mesti kuat, yang tabah. Jangan ngenglo klo kata saya, memble dan ngelongo) Tapi, yang mendasar, yang belum kita bahas sama sekali adalah, what's so important that to make our culture, used by worldwide citizens? Why? Why that matters? Kenapa banget sih kita harus pake budaya kita, terus ngajak orang banyak pake budaya kita? Pertama, itu bukti kalau kita BANGGA sama budaya kita. Kedua, it's business :D Why not make money from what's best from us THAT can be an INCREDIBLE EXPERIENCE for another people? (kan bisa digabungin ama traveling) Ketiga, and the most important part adalah transfer nilai. INI yang mahal. Kan keren, kalo (warga) negara lain pake 'budaya' kita. Gotong royong bersihin selokan, tatakrama menuakan yg tua/pemuka agama (yg udah jarang juga sih keliatan di negara kita), arisan!, daaaaaan masih banyak yang lain (ngeleees.... hehe, ada sih nongkrong, tapi ini negatif jadi ga masuk pembahasan) Nah dengan demikian kita paham tuh kenapa mesti BANGGA dengan budaya kita sekaligus nyebarin itu budaya ke orang lain.
Kita bisa lihat dari Korea. Mereka invest GEDE-GEDEan untuk belajar dan menemukan 'formula' agar budaya mereka menjadi trend (yang terbukti sekarang. Mulai dari film, variety shows, kpop (mostly), k-hiphop/R&B (rookie newcomer) dan webtoon). Pun Jepang, yang consistently release another new anime by its producers. Mereka menargetkan anak muda, industri entertaintment karena sifatnya yang berdasarkan riset (loh, kok pake hasil riset?) disebut Gamify atau Gamification. Kayak pengaruh sosmed, yang nagihin dan menuntut update terus (always-on culture). Gamify ini yang menyebabkan kalau suatu budaya baru lahir (producer rilis project terbaru) dia akan melekat, dan menjadi identitas para penikmatnya. Gamify ini based-on research, banget. Biasa disebut dalam industri startup/techcompany sebagai habit-producing products, dimana mereka mengharapkan dengan produknya itu para user terus pake (produknya makin pintar karena pemakaian) dan terbentuklah budaya baru. Jadiii, kalau melihat fakta ini, bila kita sebagai orang Indonesia ingin budaya Indonesia go global, paling tidak harus concern terhadap fakta ini. Kita 'mesti' masuk ke industri entertaintment dan kemas dengan angle baru (perspektif) atau buat produk(budaya) yang NGANGENIN.
Pas nyampe sini, "Lah, ini blog apaan? Kagak nyambung dari paragraf satu ke akhir. Awalnya ngomongin budaya dari orangtua eh nyampe ke Korea terus ke Entertaintment Industry. Gendeng!"
Hehe, intinya gini. Budaya -> Nilai -> Cara berpikir, bertindak, sikap -> Karya. Nah, karya itu paling pas kalo kita bahas contoh konkrit kayak dari Korea, Jepang dkk.
Pun, ngebentuk paragraf pertama jadi 'produk' saya juga ga mampu (hihihi). Memang sih, kalo mau effort lebih, ini artikel di rewrite dan rewrite, rewrite lagi, cakep! Tapi ya gituuuuuu... (hihihi)
Naah, itu dia. Kebudayaan yang diwarisin dari orangtua PLUS nge-globalin tuh budaya ke semua orang agar bersama merasakan manfaatnya. Amin! :)
Allright, That's my view. Feel free to bash, or even blackout (with manners please;)
Comments
Post a Comment